Reporter : Liputan Khusus
BANDUNG, Silatjabar.com,- Komandan Pusat Kesenjataan Infanteri (PUSENIF) Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat, Letnan Jenderal TNI Besar Harto Karyawan, SH, M.Tr. (Han), mendorong pencaksilat menjadi destinasi budaya yang perlu dilestarikan di NKRI.
Terlebih, kata Letjen Besar Harto Karyawan. Pasca ditetapkannya, pencaksilat menjadi salah satu warisan budaya harta tak benda milik bangsa Indonesia, oleh UNESCO pada sidang Ke-14 “Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage,” yang berlangsung di Bogota, Colombia, tanggal 09 sampai14 Desember 2019 lalu.
Menurut, Jenderal Berbintang Tiga Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat, (TNI-AD) lulusan Akademi Militer (Akmil) Tahun 1986 tersebut. Dirinya, sangat mencintai budaya pencaksilat, bahkan menurutnya, semenjak belum menjadi seorang prajurit.
Pencaksilat itu budaya khas asli milik bangsa Indonesia, kata Letjen Besar Harto Karyawan. Sang Jenderal, Kelahiran lubuk Sikaping, Pasaman, Sumatera Barat (57 tahun) lalu. Tepatnya, lahir pada 31 Mei 1963.
Berbicara pencaksilat, bagi dirinya adalah ciri khas budaya asli dan kearifan lokal. Karena sejatinya pencaksilat juga, mempunyai andil besar dalam mendukung perjuangan bangsa Indonesia hingga diploklamirkan kemerdekaan.
Saking cintanya pada budaya pencaksilat bahkan Letjen TNI, Besar Harto Karyawan membawa pencaksilat ke Kostrad, sewaktu dirinya menjabat sebagai panglima komando strategis angkatan darat (Pangkostrad).
Bahkan, pihaknya memasukkan pencaksilat sebagai Beladiri Militer (BDM) Cakra, ketika itu. Hingga terjalinlah kerjasama antara IPSI Jabar dan Kostrad dalam Mou pelatihan beladiri, untuk melatih 250 prajurit Kostrad di Gunung Sangga Buana, Karawang Jawa Barat.
Hal itu dikatakan, Letjen TNI Besar Harto Karyawan ketika menerima Ketua Umum IPSI Jabar, usai pihaknya resmi menjabat sebagai komandan Kesenjataan Infanteri (PUSENIF) di Jl. Supratman. Bandung, beberapa waktu yang lalu.
Menurut dia, pencaksilat merupakan budaya yang unik dan penuh spritual. Karena selain adanya keindahan peragaan tata gerak, olahraga, baju atau kostum juga kekuatan religius yang sangat mendasar.
Ditanya, perihal buku 8 kekuatan Cakra, dirinya mengakui bahwa buku tersebut adalah hasil karya sejati sebagai seorang prajurit. Itupun, bisa diartikan sebagai simbol kekuatan dalam diri seorang prajurit elite di jajaran TNI-AD.
“Buku 8 Kekuatan Cakra merupakan simbul kekuatan prajurit Kostrad, yang didalamnya melengkapi semua unsur. Seperti halnya, olahraga, teknik, spiritual, kekuatan batin (insting). Sehingga mampu meningkatkan kekuatan panca Indra seorang prajurit dalam melaksanakan tugas, dengan cepat, tepat dan terukur,” tutur sang Jenderal.
Dia pun berpesan, agar buku tersebut dapat bermanfaat bagi semua insan Pencaksilat di Indonesia. Karena, selain banyak filosofi arti kehidupan didalamnya, buku 8 Kekuatan Cakra mempunyai makna kekuatan dahsyat yang tersirat di dalamnya, tutup dia.
Menanggapi hal tersebut, Ketua umum IPSI Pengprov Jabar, H. Phinera Wijaya, SE mengaku bersyukur atas pemberian Buku 8 Kekuatan Cakra. Menurutnya, ini merupakan sebuah kepercayaan.
“Alhamdulillah, buku ini sangat bermanfaat bagi kami insan Pencaksilat. Semoga, dengan buku 8 kekuatan Cakra yang tersirat didalamnya. Dapat memberikan kepercayaan kepada kami, untuk menatap laga PON XX/ 2021 di Papua mendatang,” tuturnya.
Bahkan kata kang Icak, komitmen kami dalam melestarikan pencaksilat sudah terjalin lama bersama sang Jenderal. Hal itu, dibuktikan sewaktu dirinya masih menjabat sebagai Pangdam III Siliwangi.
“Adanya Mou pelatihan pencaksilat Maung Siliwangi, antara IPSI Jabar dengan Kodam III Siliwangi. Merupakan, bukti kongkrit dan komitmen kita untuk tetap menjaga marwah serta melestarikan budaya pencaksilat,” tutur kang Icak.
Dia pun berharap, kedepan Letjen Besar Harto Karyawan dapat terus mendukung pelestarian Pencaksilat. Terlebih, pasca penetapan oleh UNESCO, bahwa pencaksilat menjadi salah satu warisan budaya harta tak benda milik bangsa Indonesia.
“Tepatnya, tanggal 12 Desember mendatang, kami berharap dapat dijadikan momentum hari pencaksilat. Dan kami sangat memerlukan dukungan dari semua pihak. Bukan cuma pemerintah, TNI tapi juga masyarakat,” harap kang Icak.***
Sang jenderal