Ragam  

Amalan Surat Yusuf Ayat 4, Berikut Terjemahannya

Mimpi yang Menjadi Kenyataan

40 tahun kemudian, ketika Yusuf kecil beranjak dewasa, mimpi ini benar-benar terjadi.

Namun, bukan sebelas bintang, matahari, dan bulan yang tunduk kepadanya.

Ketika dipilih sebagai pemimpin, Nabi Yusuf mempersilakan kedua orang tuanya untuk menduduki kursi singgasana, sedangkan sebelas saudaranya ada di hadapannya.

Kejadian dalam kehidupan nyata, tentang mimpi masa kecil Nabi Yusuf, tertuang dalam surat Yusuf ayat 100:

“Wa rafa’a abawaihi ‘alal-‘arsyi wa kharr lah sujjad, wa qla y abati h ta`wlu ru`yya ming qablu qad ja’alah rabb aqq, wa qad asana b i akhrajan minas-sijni wa j`a bikum minal-badwi mim ba’di an nazagasy-syainu bain wa baina ikhwat, inna rabb laful lim yasy`, innah huwal-‘almul-akm”

Artinya:

“Ia menaikkan kedua ibu-bapanya ke atas singgasana. Dan mereka (semuanya) merebahkan diri seraya sujud kepada Yusuf. Dan berkata Yusuf: ‘Wahai ayahku inilah tabir mimpiku yang dahulu itu; sesungguhnya Tuhanku telah menjadikannya suatu kenyataan. Dan sesungguhnya Tuhanku telah berbuat baik kepadaku, ketika Dia membebaskan aku dari rumah penjara dan ketika membawa kamu dari dusun padang pasir, setelah setan merusakkan (hubungan) antaraku dan saudara-saudaraku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Lembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

Kandungan Surat

Adapun beberapa kandungan dalam surat Yusuf ayat 4 adalah sebagai berikut:

1. Menunjukkan betapa pentingnya untuk mengetahui dan mempelajari kisah Nabi dan Rasul

2. Menggambarkan kedekatan orang tua dan anaknya. Sebagai orang tua hendaknya kita meneladani sikap Nabi Yaqub yang memiliki sifat terbuka sehingga Nabi Yusuf dapat bercerita dengan leluasa bahkan tentang mimpinya.

3. Bukti kebesaran Allah yang memperlihatkan kejadian yang akan terjadi di masa depan melalui mimpi

Baca Juga :  Kabar Gembira, Perwakilan Kecamatan Cisolok Juara 1 Lomba Teknologi Tepat Guna Tingkat Provinsi Jabar Tahun 2023

4. Mimpi yang menjadi kenyataan, Nabi menjadi pemimpin negeri dan saudara-saudaranya patuh dan tunduk kepadanya

*Mengandung hikmah, bukan pengasihan sebagaimana keyakinan sebagian orang*